Open Source Peluang Tak Terbatas Industri TIK

Perangkat lunak Open Source membuka peluang tak terbatas untuk mengembangkan industri di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam negeri sekaligus sumber daya manusia di sektor TIK. Hal itu dinyatakan Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring saat memberi sambutan pada Global Conference on Open Source (GCOS) yang dihadiri sejumlah pakar open source dari berbagai negara di Jakarta, Senin (26/10).
Menurut Tifatul, Free Open Source Software (FOSS) diadopsi dan dimanfaatan pemerintah bukan saja karena model bisnis alami FOSS yang gratis untuk digunakan, bebas sumber kode-nya untuk dimodifikasi dan disebarkan tetapi juga karena kemandirian yang ditawarkan FOSS.Bagi pemerintah, FOSS juga mengalihkan masyarakat Indonesia dari masalah pembajakan software (perangkat lunak) karena sifatnya yang gratis, sementara software berlisensi (proprietary) seringkali tak terjangkau masyarakat.

Ia menyatakan bangga bahwa perangkat lunak sumber kode terbuka ini tumbuh sangat cepat meskipun sempat mengalami banyak hambatan dalam implementasinya. Banyaknya pakar dari berbagai negara yang hadir dan bertukar pengalaman dalam GCOS ini, lanjut dia, diharapkan mampu menghilangkan segala hambatan dalam implementasi FOSS di Indonesia.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Open Source Indonesia (AOSI) Betti Alisjahbana mengharapkan FOSS bisa sukses diimplementasikan di Indonesia dengan memperkuat komunitas open source.

Kami berharap Indonesia bisa mengambil manfaat maksimum dari FOSS yang semakin berkembang di dunia untuk kemajuan TIK Indonesia dan pertumbuhan ekonomi umumnya, kata Betti. Menurutnya, sejak Indonesia Go Open Source (IGOS) dideklarasikan pada 30 Juni 2004 Indonesia sudah muncul menjadi pemimpin dalam gerakan open source.

Sejumlah pakar dan praktisi dunia TIK khususnya open source yang hadir dalam konferensi ini antara lain: Sunil Abraham dari India, Krich Nasingkun dari Thailand, Muh Rosli bin Abd Razak dari Malaysia, Ko Hong Eng dari Sun Micro System, Ray Davies dari IBM, Matthias Merkle dari IntWEnt hingga Campbell O Webb dari Harvard University.

Selain itu sejumlah pakar open source Indonesia juga hadir seperti Onno W Purbo, I Made Wiryana, juga Indra Utoyo dari Telkom, Dr Aswin Sasongko dari Depkominfo.(Ant/OL-04)

Sumber: addedblog

BUTUH PENCERAHAN

Masalah pendidikan sangat berkaitan dengan masalah bidang lainnya, seperti ekonomi, hukum, sosial dan politik. Tidak bisa menyelesaikan masalah pendidikan hanya dari satu sudut bidang pendidikan semata, karena hasil pendidikan siswa disekolah sangat dipengaruhi juga oleh lingkungan dan keluarganya, maka solusinya harus bersifat revolusioner yaitu merubah secara total paradigma berpikir dan bersikap dari pola pikir dan pola sikap dari kapitalis menjadi pola berpikir islam. Di masyarakat kita saat ini berkembang persepsi kapitalis, semisal sekolah bertujuan dapat kerja, sekolah biar jadi orang kaya, sekolah sekedar mengisi waktu luang atau dari pada menganggur. Pelajaran ekonomi misalnya, mengajarkan: demi keuntungan sebesar-besarnya, dengan pengorbanan sekecil-kecilnya.

Allah menciptakan manusia, pasti dengan segala panduannya termasuk sistem pendidikan. Dalam islam bersekolah atau menuntut ilmu merupakan kewajiban. Hendaknya ditanamkan pada anak didik bahwa belajar atau menuntut ilmu hukumnya wajib, jika dilakukan akan mendapat pahala dan derajat yang tinggi, dan kalo tidak dilakukan berarti dosa. Hal ini kebanyakan tidak dipikirkan oleh masyarakat sekuler saat ini.

Beberapa abad silam pendidikan umat islam amat maju. diketahui bahwa peletak science modern adalah pemikir dan ilmuwan muslim. Mengapa dulu, pada semasa khalifah umar bin abdul aziz umat islam ulamanya ahli dibidang science dan sekaligus menjadi ahli agama? kalo ditelusuri jawabnya adalah tidak ada sekulerisasi antara agama dan science. Para ilmuwan waktu itu berlomba-lomba mencapai derajat yang tinggi karena didorong oleh keyakinan, bahwa barang siapa menuntut ilmu Alloh akan meninggikan derajatnya. Disamping itu negara atau kahlifah sadar bahwa memberikan sarana agar rakyatnya dapat melakukan kewajiban menuntut ilmu merupakan tanggung jawabnya. Khalifah banyak mendirikan perpustakaan diberbagai tempat yang bisa diakses oleh masyarakat luas. Sekolah-sekolah digratiskan, usia sekolah tidak dibatasi, guru atau ulama digaji tinggi, bahkan konon seorang ulama dihadiahi emas seberat buku yang berhasil ditulisnya. Dalam proses belajar siswa tidak dibebani harus ujian tanggal seki! an, tetapi siswa diberi kesempatan sampai benar-benar menguasai materi pelajaran dan jika telah siap maka siswa menghadap guru untuk diuji secara lisan.

prinsip islam lainnya adalah :ilmu untuk amal agar benar-benar memahami maka ilmu yang telah diperoleh harus diamalkan. Dalam hal ini ilmu-ilmu yang bersifat fardhu kifayah atau keahlian dipelajari oleh orang-orang tertentu yang berminat. tidak seperti saat ini, siswa begitu banyak dijejali materi yang sekedar informasi dan sulit dipraktekkan. inilah setitik kehebatan sistem pendidikan islam, jika kita trmasuk orang yang yakin akan kebenaran islam, maka usahakan dan tegakkanlah syariah secara menyeluruh. pendidikan yang bermutu katanya tidak bisa dicapai kalo todak ada biaya, bagaimana bisa membiayai pendidikan, jika ekonominya seret? bagaimana agar ekonomi tidak susah? jawabnya buang ekonomi kapitalis, terapkan ekonomi islam yang menjamin distribusi yang merata. Mana mungkin menerapkan ekonomi, jika negara tidak memfasilitasi? negara tidak mau dan tidak mampu menerapkan ekonomi islam jika sistemnya bukan sistem islam. Kesimpulannya tegakkan syariah islam secara total.